
JurnalisKapuasHulu.com – Empat bocah SDN 09 Sibau Hulu Kecamatan Putussibau Utara terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD). Bahkan dari dua bocah tersebut masih dirawat di RSUD Ahmad Diponegoro Putussibau.
Tri Tugastanto Kepala Desa Sibau Hulu Kecamatan Putussibau Utara membenarkan jika sudah ada 4 orang warga yang masuk rumh sakit akibat terserang penyakit DBD, dimana 4 warga tersebut masih anak-anak.
“Mereka yang terkena DBD ini masih pelajar di SDN 09 Sibau Hulu,” katanya, Senin (25/11/2024).
Tri mengatakan, keempat bocah yang terkena DBD itu ada yang sudah masuk rumh sakit sakit sejak lima hari lalu, kemudian ada yang kemarin bahkan ada juga yang hari ini masuk rumah sakit.
“Jika melihat kondisi anak-anak itu aman-aman saja, tapi kita juga khawatir penyakit DBD ini merambah ke yang lain,” ujarnya.
Lanjut Tri, dari desa sendiri sudah berupaya agar warganya yang terkena DBD ini segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit, bahkan dirinya juga sudah mengeluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) untuk warganya yang terkena DBD.
“Namun ada juga warga yang terkena DBD itu sudah terdaftar di BPJS Kesehatan,” ucapnya.
Sementara Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kapuas Hulu Kastono membenarkan terjadinya serang DBD di Desa Sibau Hulu. Bahkan berdasarkan data penderita DBD Kapuas Hulu untuk bulan September hingga 25 November 2024 sebanyak 44 kasus dengan rincian sebagai berikut Putussibau Utara 25 orang, Badau 8 orang, Batang Lupar 5 orang, Pengkadan 1 orang, Silat Hulu 2 orang, Putussibau Selatan 1 orang, Silat Hulu 2 orang dan Empanang 1 orang.
“Sementara yang lagi dirawat di RSUD dr Achmad Diponegoro ada 6 org yaitu 5 org anak, 1 dewasa. Sedangkan angka kematian sebanyak 2 orang dari Kecamatan Putussibau Utara, kedua-duanya meninggal di Perinatal Intensive Care Unit (PICU) RSUD dr Achmad Diponegoro Putussibau dengan kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS),” ujarnya.
Kastono mengatakan, untuk meningkatkan kewaspadaan peningkatan kasus DBD di Kabupaten Kapuas Hulu akibat dampak musim penghujan, perlu dilakukan upaya penanganan sebagai berikut melakukan peningkatan surveilans kasus dan surveilans factor terhadap kejadian kasus DBD melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala. Melakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi ke masyarakat tentang pemahaman pengenalan gejala DBD agar segera ke fasilitas kesehatan yaitu dengan cara penyuluhan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya dengan sasaran pasien dan keluarganya. Penyuluhan di Sekolah. Penyuluhan di sekolah dilakukan oleh petugas puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu juga melakukan penyuluhan di pemukiman. Penyuluhan dilakukan melalui kunjungan rumah dan pemantauan rumah oleh kader kesehatan/kader jumantik, dan tenaga kesehatan
Penyuluhan melalui Media Massa agar masyarakat luas mengetahui informasi tentang cara penularan dan pencegahan DBD serta bagaimana cara pertolongan pertama pada penyakit DBD.
Penyuluhan di Tempat-Tempat Umum. Penyuluhan yang dilakukan di sarana umum seperti terminal, pasar dan lain-lain.
Selain itu kata Kastono, dibutuhkan juga peningkatan peran serta masyarakat dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M Plus melalui kegiatan Menguras, Menutup dan Memanfaatkan/Mendaur ulang barang bekas, Plus mencegah gigitan nyamuk dengan penggunaan cairan anti nyamuk oles, spray, memberantas jentik nyamuk dengan larvasida digenangan air, menanam tanaman pengusir nyamuk dan melakukan gerakan gotong-royong di lingkungan tempat tinggal masing-masing melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) di lingkungan rumah, lingkungan perkantoran, sekolah-sekolah dan tempat-tempat umum (TTU).
“Kegiatan PSN 3M Plus dan GIRIJ dilakuan secara rutin sekurangnya seminggu sekali, dengan cara melakukan pencatatan hasil pemantauan jentik di rumah pada kartu jentik, mengenal tanda dan gejala DBD sehingga segera melakukan pemeriksaan kepada petugas kesehatan jika ada anggota keluarga yang diduga menderita penyakit DBD, melaporkan kepada RT/RW, Kepala Desa/Kelurahan,” jelasnya.
Kemudian kata Kastono, jika ada anggota keluarga yang diduga menderita penyakit DBD, agar dilakukan penggerakan masyarakat di sekitarnya guna mencegah meluasnya penularan penyakit ini. Gerakan PSN 3M Plus dan GIRIJ ini merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit DBD serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat.
“Mengaktifkan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD pada tingkat RT/RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan,” tuturnya.
Kastono mengimbau kepada masyarakat apabila ditemukan gejala demam pada anak untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk dicek apakah positif DBD atau bukan.
“Jangan sampai terlambat seperti yang sudah ada kejadian meninggal karena datang sudah dalam kondisi dengue shock syndrome sehingga sulit untuk ditolong,” pungkasnya. (Opik)