Hari ini : Selasa, 6 Mei 2025
Senin, 5 Mei 2025

Dihujat Masyarakat, Keluarga Besar Jamaludin Ceritakan Sebenarnya Kasus Pengeroyokan Hairi di Bunut Hulu

Keluarga besar Jamaludin
Keluarga besar Jamaludin

JurnalisKapuasHulu.com – Kasus pembunuhan Jamaludin (67) warga Desa Beringin Kecamatan Bunut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu yang dlakukan Hairi (28) warga Kabupaten Sintang, Senin 17 Februari 2025 lalu menyisakan kesedihan bagi keluarga besar Jamaludin.

Meskipun dalam kasus ini Hairi juga meregang nyawa setelah diamuk oleh keluarga besar Jamaludin sehingga menyebabkan 15 keluarga besar Jamaludin menjadi tersangka.

Namun, dibalik kasus ini masih menyisakan kesedihan bagi keluarga besar Jamaludin karena keluarganya besarnya dianggap sebagai keluarga pembunuh oleh masyarakat dan dianggap salah sasaran (sabotase) dalam melakukan pengeroyokan terhadap Hairi yang menyebabkan yang bersangkutan akhirnya meninggal dunia.

Untuk itu dari keluarga besar Jamaludin meluruskan bagaimana kasus pengeroyokan ini bisa terjadi sehingga masyarakat maupun keluarga besar dari Hairi tidak menyudutkan keluarga Jamaludin.

Herman Kepala Desa Beringin Kecamatan Bunut Hulu menceritakan awal mulanya terjadinya kasus pengeroyokan terhadap Hairi yang menyebabkan ia meninggal.

Semua bermula ketika Hairi datang ke Desa Beringin, Kamis 13 Februari 2025 untuk mencari pekerjaan. Kedatangan Hairi ini memang diajak temannya bernama Kurniawan.

“Jadi Hairi ini dari Sintang dan datangnya pun sendiri karena ditelpon oleh temannya Kurniawan. Jadi Hairi ini saat datang pada hari itu dan besoknya memang belum bekerja. Hari Sabtu 15 Februari baru mulai bekerja. Dia ditampung oleh Long Midi warg setempat saat itu,” katanya, Senin (5/5).

Herman mengatakan, pada Senin 17 Februari 2025, masyarakatnya mulai digemparkan adanya kasus pembunuhan. Dimana dalam kasus pembunuhan keluarganya ini sangat diyakini jika Hairi yang melakukan pembunuhan karena dilihat langsung oleh saksi mata disaat Hairi membersihkan bercak darah.

“Jadi saya bersama masyarakat pagi-pagi sudah menemukan mayat dipenuhi darah. Setelah itu barulah datang pihak Bhabinkamtibmas dan Babinsa,” ucapnya.

Herman menceritakan, pembunuhan yang dilakukan Hairi ini di jembatan yang tidak jauh dari gedung serbaguna dimana Hairi menyimpan mayat korban. Dimana pembunuhan yang dilakukan Hairi ini kondisi saat itu masih sangat sepi yakni sekitar pukul 06.30 Wib.

“Jadi saat itu si Hairi ini menyeret korban ke gedung serbaguna Desa Beringin dan didalam itulah dia membunuh Jamaludin. Dimana kondisi mayat itu lehernya sedikit lagi mau putus. Belum lagi dinding dan lantai gedung itu dipenuhi darah,” ungkapnya.

Lanjut Herman, setelah Hairi membunuh Jamaludin, barulah ada saksi mata yang melihat Hairi sedang membersihkan percikan darah di jembatan dan parang.

“Tapi dari saksi sama sekali tidak tahu jika darah yang ada di jembatan dan parang milik Hairi merupakan bekas darah pembunuhan. Setelah itu barulah dia keluar kabur dengan mencuri motor warga,” ujarnya.

Herman yang juga masih keluarga Jamaludin ini menegaskan, bahwa motif Hairi melakukan pembunuhan ini bukanlah karena dia ketahuan mencuri yang selama ini beredar di masyarakat, justru dia itu setelah membunuh baru melakukan pencurian.

“Kita sudah tanyakan ke Hairi, bahwa ia mengaku melakukan pembunuhan itu karena khilaf dan ada bisikan,” ujarnya.

Setelah itu kata Herman, habis melakukan pencurian motor, Hairi mencoba kabur ke pangkalan sepit, saat coba kabur, Hairi bertemu dengan warga setempat bernama Herman.

“Saat itu itu Hairi berinteraksi dengan Lukman, menanyakan apakah ada tambang (sepit penyebrangan). Karena tidak ada tambang, si Hairi pun berbalik arah dan kabur mencari tempat persembunyian,” ujarnya.

Kemudian kata Herman, sejak ia kaburlah, masyarakat pun mulai mencari Hairi dengan petunjuk adanya HP dan KTP yang tertinggal dilokasi ia membunuh.

“Saya tegaskan dalam hal ini bahwa Hairi ini HP dan KTP nya bukan sengaja ditinggalkan apalagi adanya sabotase. Jadi dalam HP itu ada KTP nya juga. Jadi Hairi itu kemungkinan tidak sadar jika HP nya jatuh kebawah jembatan atau ia sadar HP nya terjatuh namun dia tak ada kesempatan untuk mengambilnya karena merasa ketakutan usai membunuh Jamaludin,” jelas Herman.

Lanjut Herman, kecurigaan masyarakat terhadap Hairi yang membunuh Jamaludin semakin kuat ketika pada hari naas tersebut, teman-teman Hairi yang lain ada semua yang siap bekerja sementara yang bersangkutan sendiri tidak ada.

“Kami pun mencari Hairi dari pagi hingga siang namun tak ketemu. Sebelum ketemu Hairi ini, masyarakat kampung sangat resah karena Hairi kabur ini membawa parang.  Tapi akhirnya si Hairi ketemu juga keesokan harinya, Selasa (14/2). Ketemunya di Hilir Kampung Sungai Semubuk,” ucapnya.

Lanjut Herman, pada Selasa (14/2) Hairi ditemukan warga sekitar pukul 08.30 Wib di Lanting. Saat menemukan Hairi, warga tersebut langsung memberitahukan ke warga lainnya.

“Hairi pun saat ditemukan langsung dievakuasi untuk diserahkan ke pihak berwajib. Namun belum sempat Hairi dinaikan ke atas, situasi tidak memungkinkan sehingga terjadilah amukan massa, sehingga kami aparatur desa maupun dari Babinsa maupun Bhabinkamtibmas tidak bisa berbuat banyak karena ramainya massa saat itu,” jelasnya.

Lanjut Herman, pengeroyokan yang dilakukan oleh keluarga besar Jamaludin itu merupakan tindakan spontanitas karena mereka emosi. Belum lagi saat ditangkap warga saat itu, Hairi mencoba melawan dan mengancam dengan sebuah parang.

“Jadi Hairi itu meninggalnya bukanlah dilokasi kejadian, melainkan di rumah sakit Putussibau,” ungkapnya.

Kemudian setelah beberapa kejadian tersebut, kata Herman, pihaknya menerima pesan permohonan maaf dari istri Hairi melalui Facebook.

“Kami pun merespon pesan tersebut dengan mendatangi langsung kerumah Hairi di Sintang untuk meminta maaf atas kejadian tersebut. Kedatangan kami disambut baik oleh keluarga Hairi dan kami memberikan bantuan duka untuk keluarga,” ungkapnya.

Selain itu kata Herman, pihaknya bersama keluarga Hairi sudah berupaya agar permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan dengan mediasi di Polres Kapuas Hulu. “Namun dari pihak keluarga Hairi kita tunggu untuk mediasi di Polres Kapuas Hulu tidak datang. Inilah yang membuat kita agak kecewa,” ujarnya.

Kemudian kekecewaan keluarga besar Jamaludin makin memuncak ketika adanya pemberitaan yang menyebutkan bahwa kematian Jamaludin itu adalah sabotase, tapi buktinya sudah jelas jika Hairi terbukti melakukan pembunuhan.

“Yang lebih parah lagi kami dianggap bermain mata dengan kepolisian dalam kasus ini. Padahal dari awal kasus ini kami sangat kooperatif dengan polisi. Setiap dipanggil polisi kami selalu datang. Dan akhirnya ada 15 warga Beringin yang ditahan,” ungkapnya.

Untuk itu kata Herman, apa yang sudah menjadi tuntutan keluarga Hairi melalui Penasehat Hukumnya dalam perkara ini sudah terlaksana.

“Kami dari desa kemarin didatangi oleh keluarga Jamaludin. Dimana mereka menuntut adat berupa Pati nyawa atas meninggalnya Jamaludin yang dilakukan oleh Hairi. Kami pun sudah mengirim surat tuntutan adat ini sebanyak dua kali ke keluarga Hairi, namun belum ada respon. Maka dari itu kita minta dari keluarga Hairi dapat menyelesaikan masalah ini secara adat, jika tidak kita akan selesaikan kembali ke jalur hukum,” ujarnya.

Herman pun mengaku kecewa dengan pihak keluarga Hairi yang enggan menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, justru mereka menghujat keluarga Jamaludin.

“Untuk keluarga Hairi, kita ini sama-sama korban. Tapi perlu diingat kasus ini tidak akan pernah terjadi jika Hairi tidak membunuh Jamaludin,” tegasnya.

Sementara itu Rita Saksi sekaligus menantu Jamaludin mengakui bahwa dirinya bersama suaminya saat kejadian pembunuhan Jamaludin, dirinya melihat langsung Hairi keluar dari gedung serbaguna dengan kondisi saat itu jarinya berlumuran darah dengan memegang parang.

“Waktu itu sekitar pukul 06.00 Wib, saya lihat Hairi keluar lagi mengelap bekas darah dengan jaketnya. Kemudian dia ambil ember disebelah rumah saya untuk menyiram bekas darah yang ada di jembatan dan mengelapnya dengan serbet,” ujarnya.

Saat kejadian itu kata Rita, dirinya tidak berani untuk keluar rumah karena takut. Kemudian usai membersihkan darah tersebut, Hairi pun mencuri motor milik tetangganya dan langsung kabur sambil menenteng parang.

“Setelah Hairi kabur, saya bersama suami keluar dan melihat jejak darah. Kemudian kami menyelusuri jejak darah tersebut hingga ke gedung serbaguna. Setelah kami buka pintu gedung itu, darah semakin banyak. Kami kira ada pembunuhan anak, saya pun langsung teriak dan suami langsung lapor ke pak Kadus dan akhirnya masyarakat pun mulai ramai,” jelasnya.

Sementara Zainal Abidin Orang yang menemukan Hairi dalam persembunyiannya mengungkapkan bahwa dirinya yang menemukan Hairi saat bersembunyi di lanting sambil memegang parang.

“Waktu itu say diberitahu sama pemilik lanting keberadaan Hairi, namun dia tak berani. Dilanting itu semacam ada pondok disitulah Hairi bersembunyi,” ucapnya.

Zainal mengatakan,  pada Selasa 18 Februari 2025 saat hendak ditangkap, Hairi saat itu mencoba melawan, bahkan ia mengancam ingin memotong dirinya dengan parang.

“Saat itu saya katakan, bapak jangan melawan karena sudah dikepung masyarakat. Mendengar dikepung, dia pun mulai lemah dan parangnya pun dilempar dan dia pun ingin lari serta ingin melawan sambil memegang kayu. Saya pun memberikan perlawanan dan akhirnya Hairi berhasil ditangkap dan akhirnya dibawa ke tepi sungai” jelasnya.

Kemudian kata Zainal, saat Hairi dibawa ke tepi sungai dan dia melihat ramainya masyarakat, dia mulai memberontak kembali sehingga inilah yang menjadi pemicu masyarakat mengamuk kepada Haoro sehingga terjadinya pengeroyokan tersebut.

“Jika Hairi ini tidak memberontak dan melawan mungkin pengeroyokan tidak akan terjadi dan dia akan selamat,” ucapnya.

Sementara Kartini Anak Kandung Jamaludin menyampaikan tuntutannya dalam kasus ini, terutama tuntutan adat berupa pati nyawa kepada keluarga Hairi. Karena pihak keluarga besarnya benar-benar sangat dirugikan dalam perkara ini karena banyak keluarganya yang ditahan pihak kepolisian.

“Jika tuntutan adat kami tidak dipenuhi, maka kita selesaikan saja persoalan ini melalui jalur hukum,” harapnya.

Lanjut Kartini, terhadap persoalan ini, keluarganya sudah cukup menderita karena kehilangan ayahnya secara sadis. Belum lagi keluarganya dihadapkan dengan hujatan dan cemoohan masyarakat di media sosial.

“Kami ini dianggap masyarakat sebagai keluarga pembunuh, padahal kami juga korban dalam kasus ini,” ungkapnya.

Dalam kasus ini dirinya berharap kepada keluarganya yang sudah ditahan pihak kepolisian mendapatkan hukuman yang adil dan ringan karena apa yang dilakukan mereka ada spontanitas.

“Keluarga kami tidak akan melakukan pengeroyokan kepada Hairi jika ayah saya tidak dibunuh,” ucapnya.

Ditambahkan Ardimin Warga Melawi yang bekerja di Desa Beringin menyampaikan, bahwa dirinya sudah lama bekerja di desa Beringin. Sebagai warga pendatang, dirinya baru pertama menemui kasus seperti ini.

“Kami sebagai warga luar benar-benar tidak nyaman dengan adanya kasus ini. Apalagi kita mendapatkan informasi yang belum jelas dibalik kasus ini. Namun apa yang disampaikan pak Kades itu memang benar dan kita juga ikut mencari Hairi,” ujarnya.

Sebagai warga pendatang, dirinya sangat berharap kepada Aparat Penegak Hukum (APH) agar hukum ditegakkan dengan benar. “Dalam kasus ini, penegak hukum harus adil. Karena keluarga besar Hairi maupun Jamaludin keduanya sama-sama korban. Pengeroyokan yang menimpa Hairi ini merupakan spontanitas dilakukan bukan direncanakan. Kita berharap dua keluarga ini dapat berdamai,” pungkasnya. (Opik)

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Berita Populer

Go toTop